VOXINDO.ID- Gelombang penolakan keras melanda Malaysia menyusul penunjukan Nick Adams sebagai Duta Besar Amerika Serikat yang baru. Adams, seorang loyalis Donald Trump yang dikenal vokal mendukung Israel dan kerap melontarkan pernyataan kontroversial, dianggap sebagai “penghinaan” bagi Malaysia, negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Partai Amanah, salah satu anggota koalisi pemerintahan Anwar Ibrahim, tak segan menyebut Adams bukan seorang diplomat, melainkan “propagandis sayap kanan ekstrem” dan “pendukung kuat rezim Zionis Israel.” Muzab Muzahar, anggota Partai Amanah, mengecam retorika Adams di media sosial yang disebutnya “penuh sentimen kebencian, rasisme, dan Islamofobia,” dinilai jauh dari semangat hubungan bilateral yang matang.
Tidak hanya dari kalangan politikus, penolakan juga datang dari warganet Malaysia. Selain rekam jejaknya sebagai loyalis Trump, Adams juga dicap misoginis dan seksis. Salah satu komentar satir bahkan menyebut Adams tak akan bahagia di Malaysia karena absennya restoran Hooters, tempat yang pernah ia serukan untuk diselamatkan. Netizen juga menyoroti tindakan Adams yang meminta pemilik Hooters memecat karyawan yang mengenakan pin “Free Palestine,” menegaskan bahwa kebencian Adams “tak diterima di sini.”
Penunjukan Adams oleh pemerintahan Trump pekan lalu, untuk menggantikan Edgard Kagan, memang mengejutkan banyak pihak, terutama komunitas Muslim. Mengingat Malaysia adalah negara Asia Tenggara yang dikenal hati-hati dan pragmatis dalam kebijakan luar negerinya, penunjukan diplomat karier biasanya menjadi pilihan utama AS. Penolakan ini mencerminkan sikap tegas Malaysia yang secara konsisten mengutuk agresi Israel terhadap Palestina, serta negara-negara penopangnya, termasuk Amerika Serikat.