
Jakarta, Voxindo.id – Pembina Ikatan Keluarga Mahasiswa Madura (IKMM), Muhammad Hafidz Kudsi, mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan potensi besar yang ada di Pulau Madura, khususnya Petani Tembakau.
Menurut Hafidz, data tahun 2023-2025 menunjukkan bahwa Jawa Timur menyumbang lebih dari 50% dari total jumlah produksi tembakau nasional. Sedangkan, produksi tembakau di Jawa Timur, kurang lebih 70% dari Madura, seharusnya berbanding lurus dengan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Madura.
“Produksi tembakau Madura menyumbang hampir 50% produksi tembakau nasional. Namun sampai saat ini juga, Madura masih terpinggirkan, bahkan masih menanggung stigma negatif terkait daerah terbelakang. Lalu di mana perhatian negara?,” kata Hafidz dalam keterangannya, Senin (15/9/2025).
Hafidz melanjutkan, kontribusi Madura dalam produksi tembakau tersebut bisa menyumbang ratusan triliun untuk negara lewat cukai, namun belum ada perhatian khusus untuk memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat Madura pada umumnya.
“Sejauh ini, belum ada pembangunan dan upaya mensejahterakan masyarakat Madura yang betul-betul untuk kepentingan masyarakat. Padahal kontribusi Madura, terutama dalam sektor produksi tembakau ini, bisa menyumbang ratusan triliun kepada negara. Hal ini perlu disadari oleh pemerintah,” lanjut Hafidz.
Meskipun petani tembakau Madura memberikan kontribusi ratusan triliun kepada negara, menurut Hafidz, bantuan untuk petani saja belum tampak ke permukaan. Padahal menurutnya, kesejahteraan petani seharusnya menjadi perhatian khusus negara, karena tanpa mereka, cukai ratusan triliun tersebut tidak akan mengalir ke kas negara.
“Minimal bantu petani dengan subsidi pupuk atau lainnya yang bisa lebih menghargai kerja keras petani tembakau Madura. Negara tidak boleh abai terhadap petani tembakau Madura yang berkontribusi banyak untuk kas negara,” terang Hafidz.
Selanjutnya, Hafidz mengaku miris dengan sikap pemerintah dan negara yang seakan tidak mau memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan niat membangun Madura secara keseluruhan.
Alih-alih mendapat perhatian khusus pemerintah dan negara, kata Hafidz, Madura masih dipandang negatif sebagai SDM rendah. Bahkan, produksi tembakau yang banyak menyumbang ke kas negara, masih saja dilekatkan sebagai produsen barang ilegal.
“Negara jangan hanya menikmati hasil dari produksi tembakau saja, perhatikan juga kesejahteraan petani, jangan hanya ambil untung saja. Sampai saat ini, Madura masih dipandang negatif, daerah terbelakang, bahkan sampai produksi rokok ilegal. Semua itu harusnya tidak akan terjadi, jika negara dan pemerintah mau memperhatikan Madura secara khusus,” jelas Hafidz.
Terakhir, Hafidz menunggu langkah konkrit negara dan pemerintah untuk memberikan kesejahteraan terhadap Madura. Menurutnya, dengan hampir 50% sumbangan hasil produksi tembakau dari Madura, negara sudah sepatutnya memberikan solusi terbaik untuk kemajuan pulau Madura.
“Negara dan pemerintah harus segera memberikan solusi. Madura bukan pulau mati, ia banyak berkontribusi terhadap kas negara seperti daerah lain, terutama di sektor tembakau. Ada banyak cara untuk ke arah sana, dan negara juga pasti paham, hanya belum memulai saja. Misalnya, menjadikan Madura sebagai Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK,” pungkas Hafidz.